Pages

Subscribe:

Senin, 13 Februari 2012

A.     Menjelaskan Tema dan Latar Novel Remaja (Asli atau Terjemahan)
     Unsur intrinsik novel pada dasarnya meliputi :
1. Tema 
2. Latar 
3. Alur
4. Amanat 
5. Gaya Bahasa 
6. Sudut Pandang 
7. Penokohan 
Seperti yang kita ketahui banyak novel yang secara umum memiliki tema yang hampir sama atau bahkan sama. Namun demikian penyampaian dan pengungkapannya menjadi berbeda ketika unsur-unsur intrinsik yang lain berbeda termasuk dalam hal ini (latar).
Hal tersebut dikarenakan kejadian yang kisahnya diangkat dari kehidupan masyarakat secara nyata, ada juga novel-novel yang tidak mengambil latar belakang kehidupan masyarakat secara nyata.
Ini adalah salah satu contoh novel. Dengan judul judul “Langit Biru Parangtritis”
Rara baru pulang dari kampus. Wajahnya Nampak berseri-seri yang membuat Rahadi heran. Tidak biasanya ia ceria seperti itu. Dengan penasaran Rahadi bertanya pada adik perempuannya itu.
“Kamu seneng banget kelihatannya. Baru dapet hadiah ya?”
Rara menggeleng penuh misteri.
“Dapet pulsa gratis!”
“Bukan…” jawab Rara seraya masuk ke kamarnya.
Ada apa sama dia? Batin Rahadi terus bertanya-tanya. Ah, nanti malam saja aku tanyain lagi. Malamnya, Rahadi seperti biasa duduk di teras sambil membaca buku. Tiba-tiba Rara muncul di pintu dengan membawa sebuah buku. Gadis yang masih kuliah semester empat itu senyum-senyum pada kakaknya.
“Mas…” panggilnya.
Rahadi menoleh, “Apa De?”
“Rara mau tanya, boleh?”
“Boleh, sini….”
Rara mendekat, lalu menatap Rahadi malu-malu. “Mas, bikin CV gimana sih?”
“CV? Lha biasa aja kok. Emang kamu ikut organisasi apa lagi? Apa kurang banyak tuh organisasi yang kamu ikuti?”
Rara tersipu malu, “CV buat ta’aruf Mas…”
Rahadi terkejut. Ia seakan baru menyadari kalau adiknya itu sudah besar. Sudah dua puluh tahun. “Kamu…sudah siap nikah? Sama siapa ta’arufnya? Anak mana? Mas kenal tidak?”
“Makanya, bantuin dulu bikin CV-nya. Nanti Mas juga tahu sendiri kok..”
“Kenal di mana? Hayooo diem-diem kamu punya gebetan juga ya De? Eh, emangnya kenapa kamu mau ta’aruf sama dia?”
Rara makin tersipu malu. “Mau bantuin gak nih..?”
“Dasar anak muda zaman sekarang. Pake istilah ta’aruf segala! Biar kelihatan keren ya? Padahal makna ta’aruf itu luas De. Gak hanya terbatas pada perkenalan ikhwan dan akhwat yang mau menikah. Dalam al-Qur’an kan jelas, kita diciptakan dari laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa * agar kamu saling mengenal. Jadi gak hanya lingkup ikhwan dan akhwat. Eh kalian malah membatasinya. Harusnya jangan pake istilah ta’aruf ah. Ganti! Tanazhur aja
! Memperhatikan!”
“Mas, aku nanya CV, bukan mau denger kuliah Mas… Cape deh…”
“Gini ini anak muda zaman sekarang, kalau dikandani * mesti ngeyel gini…” kata Rahadi seraya mengusap kerudung Rara yang berwarna hijau. Rara tertawa kecil.
***
Keesokan harinya Rara mengirimkan CV-nya kepada Azwar, lelaki yang beberapa hari lalu mengajaknya berta’aruf. Rara pun sudah menyimpan CV Azwar, ia langsung pulang setelah selesai perkuliahan untuk segera membaca biodata lelaki itu.
Di depan monitor, Rara senyum-senyum. Rupanya begini toh CV buat ta’aruf? Hihi, lucu sekali ya? Ada alasan menikah, ada kriteria istri, ada rencana ke depan, ada kekurangan, keorganisasian, hihihi… Rara bergumam sendiri. Ia geli mengingat CV yang ia buat justru tak selengkap punya Azwar. CV-nya persis CV untuk daftar organisasi. Ada motto, hobi, cita-cita dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan. Wah..Mas Adi salah kasih informasi nih…
Rara pun sebenarnya sudah lama mengenal Azwar, namun ia tak menyangka akan sampai pada tahap ta’aruf. Baginya ini pertama kalinya ia menerima ajakan ikhwan untuk berta’aruf menuju jenjang pernikahan. Memang kurang pengalaman, dan Rara tiba-tiba malu. Ia merasa sudah dewasa, bukan anak-anak lagi. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Masa kanak-kanak telah meninggalkannya. Kesibukannya di organisasi membuatnya lupa kalau suatu hari nanti ia harus menikah.
Tiba-tiba HP-nya berdering. Azwar meneleponnya! Aduuuh, kalau ngobrol sama ikhwan di telepon gimana ya? Apalagi ini kepentingannya bukan organisasi di kampus, melainkan organisasi rumah tangga. Huft…tenang Ra, tenang… Rara menenangkan dirinya sendiri. Ia mencoba untuk menetralisir keadaannya.
“As…salamu’alaikum…” sapa Rara
“Alaykumsalam, Ra…” jawab Azwar di seberang telepon.
“Iya Kak..”
“Lagi apa? Rara udah baca CV Azwar?”
“Udah…”
“Gimana?”
“Gimana apanya? Bagus…ada warnanya. Gak kayak punya Rara, jelek.”
“Punya Rara bagus juga kok…”
“Tapi Kak, gimana nih bermasalah gak? Kakak tahu sendiri Rara aktif di banyak organisasi. Sedangkan Kakak sama sekali gak minat dengan hal-hal semacam itu. Apa itu bermasalah?”

Selasa, 17 Januari 2012


B. Mengomentari Kutipan Novel Remaja (Asli atau Terjemahan)
     Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki unsur intrinsik dalam pembentukannya. 
Unsur Intrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri.
        Unsur Intrinsik novel meliputi tema, amanat atau pesan, alur atau plot, lattar atau setting, penokohan sudut pandang, dan style atau gaya bahasa.
Unsur ekstrinsik karya sastra merupakan unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari luar karya sastra.
Unsur ekstrinsik novel diantaranya :
1. Latar Belakang Pendidikan Pengarang
2. Kondisi Sosial Masyarakat
3. Adat Daerah Tertentu
Pengertian dari mengomentari adalah memberikan komentar atau tanggapan. Mengomentari pendapat berarti memberikan tanggapan terhadap novel yang disajikan. Hal-hal yang ditanggapi dari sebuah novel meliputi kisahan yang menjadi isi dari novel tersebut. Isi kisah tersebut tersusun adanya unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangunnya.

 
Naruto Uzumaki Maple Story